Monday, September 30, 2013

Identifikasi Masalah Penelitian

3.1     Identifikasi Masalah Penelitian
Secara umum dikatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang akan kita jawab dan asumsi-asumsi yang ingin kita buktikan akan dapat menjadi permasalahan penelitian, akan tetapi apa yang dimaksud dengan masalah atau masalah penelitian dapat diuraikan seperti berikut. Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu. Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi; informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu. Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya dan merumuskannya.
Apa yang dimaksud dengan Masalah dalam sebuah penelitian?
Masalah penelitian adalah sebuah pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa penjelasan yang dapat dirumuskan melalui proses penelitian, baik penjelasan deskriptif tentang satu variabel.
Sumber masalah
Masalah itu akan diidentifikasi jika :
1. Ada kesenjangan antara cita dengan realita.
2. Ada kesenjangan antara teori dengan praktek dalam kehidupan.
3. Ada kesenjangan antara perencanaan dengan realisasi lapangan, atau fenomena tertentu maupun penjelasan tentang hubungan antar variabel.
4. Ada tantangan, keingintahuan tentang sesuatu yang belum ada penjelasannya.
5. Adanya pengaduan.
6. Adanya kompetisi.

Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain:
a.    Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
b.    Pengamatan sepintas.
c.    Pernyataan pemegang otoritas.
d.    Perasaan intuisi.
e.    Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.

Cara memperoleh masalah
Dalam buku ”methods of psychological research”, Craig menjelaskan bahwa masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara-cara :
1.      Observation (melakukan observasi)
2.      Brainstorming
3.      Theorical prediction (membaca hasil penelitian)
4.      Technological development (perkembangan teknologi)
5.      Knowledge of the research literature (pengetahuan tentang research literature)
Kriteria Pemilihan Masalah Penelitian
            Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu :
·         Kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusia.
·         Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
·         Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Dengan memahami kriteria dalam memilih masalah penelitian paling tidak akan mengarahkan peneliti mendapatkan masalah penelitian yang layak. Adapun kriteria memilih masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1.    Ada relevansinya dg judul penelitian
2.    Mempertimbangkan manfaat teoritis
3.    Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah
4.    Mendukung tujuan penelitian
5.    Menunjukkan variabel apa saja yg akan diteliti

Masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Tidak semua masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan.
Kriteria Masalah Penelitian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian, yaitu :
a. Memiliki nilai penelitian Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif.
b. Memiliki fisibilitas. Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.    Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
2.    batas-batas masalah yang jelas,
3.    adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4.    adanya biaya yang diperlukan, dan
5.    tidak bertentangan dengan hukum.
c.   Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
Bentuk-bentuk masalah penelitian
Bentuk rumusan masalah dalam pendidikan ada 3, yaitu :
1.      Deskriptif, adalah masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal, baik hanya satu variabel atau lebih yang tidak saling berhubungan.
2.      Komparatif, adalah rumusan masalah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel.
3.      Assosiatif, adalah masalah penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel, baik hubungan simetris, kausalitas maupun resiprokal atau suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Masalah rumusan yang baik
Ada beberapa kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik, yaitu :
1.      Masalah itu harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
2.      Masalah harus jelas dan spesifik, sehingga semua orang akan mempunyai pemahaman yang sama tentang masalah tersebut.
3.      Masalah dan pertanyaan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang mengisyaratkan adanya pengujian empiris.
4.      Masalah harus signifikan, yakni memberi kontribusi yang nyata terhadap pengembangan ilmu, atau penguatan bangunan ilmu dan atau memiliki kontribusi dalam pengembangan kebijakan.
5.      Masalah harus fleksibel, yakni layak dan bisa untuk diteliti.
6.      Masalah harus sesuai dengan bidang keahlian peneliti.
Pedoman Perumusan Masalah Penelitian
Syarat-syarat masalah penelitian yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990,Sugiyono, 2000) adalah sebagai berikut:
a         Masalah harus feasible.
b        Masalah harus jelas.
c         Masalah harus signifikan.
d        Masalah bersifat etis
Sumadi (1989) dan Tuckman (Sugiyono, 2000) menyarankan perumusan masalah sebagai berikut:
Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Rumusa masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ada tiga bentuk masalah menurut Sugiyono (2000) yaitu sebagai berikut:
a)      Masalah Deskriptif
Masalah deskriptif merupakan masalah yang berkenaan dengan pertanyaanterhadap keberadaan variabel mandiri.
b)      Masalah Komparatif
Masalah komparatif merupakan suatu permasalahan penelitian yang bersifatmembandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampelyang berbeda.
c)      Masalah Asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubunganantara dua variabel atau lebih. Jenis-jenis hubungannya adalah sebagai berikut : Hubungan Simetris yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan muncul bersama- Hubungan kausal yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat - Hubungan timbal balik atau interaktif yaitu hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain.


Pertanyaan Penelitian
            Salah satu persoalan mendasar dan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam penelitian adalah rumusan pertanyaan penelitian. Sebab, kualitas penelitian salah satunya sangat  ditentukan oleh bobot atau kualitas pertanyaan yang diajukan. Tetapi kenyatannya berdasarkan pengalaman mengajar matakuliah metodologi penelitian, membimbing dan menguji skripsi, tesis, dan disertasi selama ini, masih terdapat banyak persoalan terkait rumusan pertanyaan penelitian. Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1.      Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
2.      Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3.      Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),
4.      Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5.      Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat  terjadi,
6.      Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
7.      Masalah itu diajukan dalam  batas  minat  (bidang studi) dan kemampuan peneliti.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:
1.      Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,
2.      Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan  diteliti,
3.      Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa  tersebut,
4.      Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan
5.      Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang akan datang.
Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga  macam pertanyaan, yaitu:
1.      Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
2.      Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
3.      Eksplanatoris  (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.

3.2 Kajian Pustaka Dan Hipotesis
     3.2.1 Kajian Pustaka
       Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan merupakan variabel yang menentukan dalam suatu penelitian. Karena akan menentukan cakrawala dari segi tujuan dan hasil penelitian.
       Di samping itu, berfungsi memberikan landasan teoritis tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Oleh karena itu, pengertian kajian pustaka umumnya dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitannya tema yang akan diangkat dalam penelitian.
Tujuan
       Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan peneliti yang pernah dilakukan. Hal ini penting karena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema diangkat dalam penelitiannya. Di samping itu, kajian pustaka juga bermaksud untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dengan pengatahuan yang lebih luas.
       Secara lebih rinci tujuan kajian pustaka, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian.
2.      Meletakkan penelitian pada perspektif sejarah dan asosiasoinal.
3.      Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu. Replikasi yang tidak sengaja terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti perlu dihindari karena hanya merupakan pemborosan.
4.      Menghubungkan penemuan dengan pengatahuan yang ada dan usulan untuk penelitian lebih lanjut.
       Karena tujuan ini, kajian pustaka bukanlah proses yang mudah dilakukan. Pembuatan kajian pustaka menuntut pemahaman yang komprehensif dari peneliti tentang pengatahuan yang pernah ditulis oleh orang lain dalam bidang yang menjadi konsepnya. Kajian pustaka meliputi kegiatan mencari, membaca, mengevaluasi, menganalisis dan membuat sistesis laporan-laporan penelitian dan teori, serta melaporkan amatan dan pendapat yang berhubungan dengan penelitian yang direncanakan.
       Dalam kajian pustaka dimuat esensi-esensi hasil penelitian literatur yaitu berupa teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut, dapat juga dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain, yaitu kutipan langsung tanpa mengubah kata-kata atau tanda
bacaan, kemudian dianalisis dibandingkan dan dikonstuksikan, teori-teori dan temuan-temuan itu harus relevan dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Kegunaannya adalah untuk bahan acuan penelitian. Kebenaran yang diperoleh dari penelitian tersebut karena ada acuan disebut kebenaran koherensi, artinya terdapat relevansi dengan teori-teori yang telah dikemukakan para ahli terdahulu.
Langkah-Langkah Menyusun Kajian Pustaka
       Kajian pustaka dalam sebuah penelitian ilmiah berarti menempatkan dan menyimpulkan teori-teori dan konsep-konsep yang nantinya dapat memberikan kerangka kerja dalam menjelaskan suatu topik dalam sebuah penelitian. Banyak cara  dan model membuat kajian pustaka, Creswell mengemukakan beberapa model sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan. Untuk pendekatan kualitatif,  model pertama, peneliti menempatkan kajian pustaka pada bagian pendahuluan, ini dimaksudkan agar kajian pustaka dapat menjelaskan latar belakang secara teoritis masalah-masalah penelitian. Model kedua, menempatkan kajian pustaka pada bab terpisah seperti halnya pada pendekatan kuantitatif, model ketiga Kajian pustaka ditempatkan pada bagian akhir penelitian bersamaan dengan literatur terkait.
       Untuk pendekatan kuantitatif selain menyertakan  sejumlah besar teori dan konsep pada bagian pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau menggambarkan secara detail literatur dalam  bagian khusus dengan judul seperti tinjauan pustaka, kajian teori atau kajian pustaka, dan pada bagian akhir penelitian meninjau kembali literatur terkait dan membandingkan dengan temuan penelitian.
       Berikut ini adalah sintesis dari  langkah-langkah melakukan kajian pustaka menurut Donald Ary dan Creswell sebagai berikut:
1.      Mulailah dengan mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari materi, referensi, dan bahan pustaka yang terkait.
2.      Membaca abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan, bisa didapatkan dari sumber perpustakaan, jurnal, buku, dan prosiding.
3.      Membuat catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map) urutan dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
4.      Membuat ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
5.      Membuat kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
6.      Pada akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan pentingnya topik penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur yang sudah ada.
       Langkah-langkah di atas dapat digunakan untuk menulis kajian pustaka berbagai jenis metode/pendekatan penelitain. Selain itu juga dapat mempersempit ruang lingkup penelitian  yang di ajukan sehingga rumusan masalah dan langkah penelitian lebih jelas dan dapat dilakukan dengan baik
     3.2.2 Hipotesis
       Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. (Vardiansyah, 2008:10)
       Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh:
       Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudian hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
       Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Kerlinger (1995:30) menyatakan terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
1.      Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2.      Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3.      Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis dalam penelitian
       Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian menurut Bailey, yaitu:
1.      Untuk menguji teori,
2.      Mendorong munculnya teori,
3.      Menerangkan fenomena sosial,
4.      Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.      Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
       Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1.      Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.      Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3.      Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.      Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.      Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.      Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.      Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
       Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1.      Penentuan masalah.
         Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.      Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
         Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3.      Pengumpulan fakta.
         Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

4.      Formulasi hipotesa.
         Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5.      Pengujian hipotesa
         Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6.      Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.








3.3     Populasi Dan Sampel

3.3.1.   Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada subyek/obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, dan lainnya. Misalnya, penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
3.3.2.   Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).
3.3.3.   Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan dalam mengambil sampel. Pada dasarnya teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.
1.      Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
a)      Simple Random Sampling
b)      Proportionate Stratified Random Sampling
c)      Disproportionate Stratified Random Sampling
d)     Cluster Sampling (Area Sampling)
2.      Nonprobabilty Sampling
Nonprobabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau angota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
a)      Sampling Sistematis
b)      Sampling Kuota
c)      Sampling Insidental
d)     Sampling Purposive
e)      Sampling Jenuh
f)       Snowball Sampling
3.3.4.   Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Akan tetapi, jumlah yang paling tepat digunakan dalam penelitian adalah tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki dan itu tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :
 




Keterangan :
λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5.   d = 0,05.   S = jumlah sampel
Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982 : 253) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini.
a.       Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500
b.      Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya ; pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c.       Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.
d.      Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelmpok control, maka jumlah sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
3.4  Metode Pengumpulan Data
3.4.1  Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
3.4.2.1 Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
  • Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
  • Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
  • Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
3.4.2.2 Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
a.Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
b.Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3.4.2.3 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
  1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
  2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
3.4.3 Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data
 3.4.3.1Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
  • Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
  • Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
  • Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
3.4.3.2 Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Ø  Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
  • Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
  • Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
  • Bisa membaca isyarat non verbal
  • Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
  • Membutuhkan waktu yang lama
  • Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
  • Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
  • Pewawancara perlu dilatih
  • Bisa menimbulkan bias pewawancara
  • Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Ø  Wawancara via phone
Kelebihan
  • Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
  • Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
  • Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
  • Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
  • Wawancara harus diusahakan singkat
  • Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel
3.4.3.3 Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
3.4.4 Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
  1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
  2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
  3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
  4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh dilanggar
  5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
  6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
  7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik maupun mental.
  8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama study


3.5 Rencana Analisis Data
            Analisis data merupakan suatu proses dalam menyederhanakan data ke bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Tahapan ini biasanya dilalui dalam penelitian bisnis dan manajemen ekonomi. Data yang banyak digunakan dalam analisis data ini biasanya berbentuk data statisktik dengan fungsi sebagai penyederhanaan data penelitian yang besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih mudah untuk dipahami. Namun sebelum melakukan analisis data yang sebenarnya perlu dilakukan sebuah rencana analisis data agar saat penganalisian data benar.
            Dalam menyusun rencana analisis data, diperlukan beberapa langkah agar kegiatan ini mampu mencapai tujuan penyederhanaan. Ada beberapa proses yang dapat dilakukan dalam proses rencana analisis data ini yakni editing, coding dan tabulasi.
·         Editing
Kegitan ini dilakukan dengan memerika data mentah yang masuk, setelah itu mengecek apakah terjadi kesalahan pengiriman, pengisiannya lengkap atau tidak, apakah data tersebut aplsu atau tidak, dan lain sebagainnya. Tujuan dari editing ini adalah agar terpenuhinya instruksi sampling, agar data mentah dapat dibaca, agar data bersifat konsisten, dan agar isi jawaban dapat dimengerti.
·         Coding
Kegiatan ini adalah pemberian symbol pada tiap data yang masuk dalam katagori yang sama. Tanda tersebut bias berupa huruf atau angka, bergantung pada kesepakatan penelitian. Tujuan dari tahapan ini adalah unutk mengklasifikasi jawaban pada katagori – katagori yang penting. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini yakni :
o   Kode dan jeni pertanyaan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar jenis pertanyaan dan jawaban dapat dibedakan degnan jelas.
o   Bila jawaban berupa angka, maka kode yang digunakan adalah angka tersebut.
o   Apabila jawaban untuk pertanyaan tertutup, maka jawaban telah disediakan terlebih dahulu sehingga responden tinggal mengecek jawaban – jawaban sesuai dengan instruksi.
o   Apabila jawaban semi terbuka, maka responden berhak untuk memeberikan jawaban lain di luar jawaban yang telah disediakan
o   Apabila jawaban terbuka, maka pertanyaan bias dijawab dengan bebas oleh responden dengan data yang telah dimodifikasi sebelumnya.
·         Tabulasi
Kegiatan ini adalah proses penyusunan data dalam bentuk table, jawaban disusun dengan kategori dan dimasukkan ke dalam table atau grafik.
Sehingga dapat diambil sebuah pengertian dari rencana analisis data adalah bagaimana mengolah data yang masuk hingga menjadi suatu susunan data yang sederhana dan mudah dipahami.
3.6 Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan langkah terakhir dalam proses penelitian, dimana dalam laporan akan memuat proses penelitian secara keseluruhan dari awal sampai akhir. Laporan penelitian ini akan berisikan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga terdapat saran bila diperlukan. Selanjutnya laporan ini juga bermanfaat bagi peneliti – peneliti berikutnya sebagai suatu refrensi.
3.7     Proposal Penelitian
Rancangan atau proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya. Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Proposal penelitian atau rancangan penelitian paling tidak berisi empat komponen utama, yaitu Permasalahan, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, Metode Penelitian, Organisasi dan Jadwal Penelitian.

3.8 Cara Sitasi Yang Benar Dan Legal
Sitasi adalah menunjukan asal-usul atau suatu kutipan menguntip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkan kedalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain.

Isi sitasi :
1) Buku : pengarang, judul buku, penerbit dan tahun publikasi
2) Jurnal: pengarang, judul artikel, judul jurnal, volume, tahin publikasi dan nomor halaman.
3) Karya di Internet: URL dan tanggal tersebut diakses.

Rujukan (Referensi, Acuan, atau References)
1) Biasanya terdapat pada akhir setiap bab dari suatu buku atau pada akhir suatu artikel jurnal atau makalah
2) Entri disusun sesuai urutan kutipan di dalam teks atau secara alphabetis.

Daftar pustaka (Daftar Kepustakaan, Biografi, atau Bibliography)
1) Terdapat pada akhir suatu buku atau jenis monograf lainya.
2) Entri disusun secara alphabetis (A-Z) tanpa pengelompokan jenis sumber.
3) Jika pengarang yang sama dikutip beberapa kali dari karya yang berbeda, entri didaftar secara kronologis berdasarkan tahun publikasi
4) Jika pengarang dikutip untuk dua atau lebih karya yang dipublikasi pada tahun yang sama, tambahkan huruf kecil a, b, c, ,dst setelah tahun terbit, contoh: 2005a, 2005b, 2005c.































1 comments:

Unknown said...

sumbernya darimana ini bro? mohon bantuannya. thanks

Post a Comment