Monday, September 30, 2013
3.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Secara
umum dikatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang akan kita jawab dan
asumsi-asumsi yang ingin kita buktikan akan dapat menjadi permasalahan
penelitian, akan tetapi apa yang dimaksud dengan masalah atau masalah penelitian
dapat diuraikan seperti berikut. Masalah atau permasalahan ada kalau ada
kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada perbedaan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa
yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu.
Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi; informasi
yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan, dan
sebagainya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan
kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada
tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya
dan merumuskannya.
Apa yang dimaksud dengan Masalah dalam sebuah
penelitian?
Masalah
penelitian adalah sebuah pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa penjelasan
yang dapat dirumuskan melalui proses penelitian, baik penjelasan deskriptif
tentang satu variabel.
Sumber masalah
Masalah itu akan
diidentifikasi jika :
1. Ada
kesenjangan antara cita dengan realita.
2. Ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dalam kehidupan.
3. Ada
kesenjangan antara perencanaan dengan realisasi lapangan, atau fenomena
tertentu maupun penjelasan tentang hubungan antar variabel.
4. Ada
tantangan, keingintahuan tentang sesuatu yang belum ada penjelasannya.
5. Adanya
pengaduan.
6. Adanya
kompetisi.
Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah
penelitian, antara lain:
a. Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
b. Pengamatan sepintas.
c. Pernyataan pemegang otoritas.
d. Perasaan intuisi.
e. Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah
lainnya.
Cara memperoleh masalah
Dalam
buku ”methods of psychological research”, Craig menjelaskan bahwa masalah
penelitian dapat diperoleh dengan cara-cara :
1. Observation (melakukan observasi)
2. Brainstorming
3. Theorical prediction (membaca hasil
penelitian)
4. Technological development (perkembangan
teknologi)
5. Knowledge of the research literature
(pengetahuan tentang research literature)
Kriteria Pemilihan Masalah Penelitian
Ada
setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan
masalah penelitian yaitu :
· Kriteria pertama dari suatu perumusan
masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif,
baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang
memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena
atau gejala di dalam kehidupan manusia.
· Kriteria Kedua dari suatu masalah
penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan
perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat
memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori
baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
· Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu
perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks
kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan
implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi
proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
Berkenaan
dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara
lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika
peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama
dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah
tujuan penelitian.
Dengan
memahami kriteria dalam memilih masalah penelitian paling tidak akan
mengarahkan peneliti mendapatkan masalah penelitian yang layak. Adapun kriteria
memilih masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ada relevansinya dg judul penelitian
2. Mempertimbangkan manfaat teoritis
3. Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah
4. Mendukung tujuan penelitian
5. Menunjukkan variabel apa saja yg akan
diteliti
Masalah
penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Tidak semua masalah
kehidupan dapat menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada
kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa
yang diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan.
Kriteria Masalah Penelitian
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian, yaitu :
a. Memiliki
nilai penelitian Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang
positif.
b. Memiliki
fisibilitas. Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau
dijawab.
Faktor yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Adanya data dan metode untuk memecahkan
masalah tersebut,
2. batas-batas masalah yang jelas,
3. adanya alat atau instrumen untuk
memecahkannya,
4. adanya biaya yang diperlukan, dan
5. tidak bertentangan dengan hukum.
c. Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan
kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat
kemampuan peneliti.
Bentuk-bentuk masalah penelitian
Bentuk rumusan
masalah dalam pendidikan ada 3, yaitu :
1.
Deskriptif,
adalah masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal, baik hanya satu
variabel atau lebih yang tidak saling berhubungan.
2.
Komparatif,
adalah rumusan masalah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan
tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel.
3.
Assosiatif,
adalah masalah penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel,
baik hubungan simetris, kausalitas maupun resiprokal atau suatu pertanyaan
penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Masalah rumusan yang baik
Ada beberapa
kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik, yaitu :
1.
Masalah
itu harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
2.
Masalah
harus jelas dan spesifik, sehingga semua orang akan mempunyai pemahaman yang
sama tentang masalah tersebut.
3.
Masalah
dan pertanyaan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang
mengisyaratkan adanya pengujian empiris.
4.
Masalah
harus signifikan, yakni memberi kontribusi yang nyata terhadap pengembangan
ilmu, atau penguatan bangunan ilmu dan atau memiliki kontribusi dalam
pengembangan kebijakan.
5.
Masalah
harus fleksibel, yakni layak dan bisa untuk diteliti.
6.
Masalah
harus sesuai dengan bidang keahlian peneliti.
Pedoman Perumusan Masalah Penelitian
Syarat-syarat
masalah penelitian yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990,Sugiyono, 2000)
adalah sebagai berikut:
a Masalah harus feasible.
b Masalah harus jelas.
c Masalah harus signifikan.
d Masalah bersifat etis
Sumadi (1989)
dan Tuckman (Sugiyono, 2000) menyarankan perumusan masalah sebagai berikut:
Masalah
hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya. Rumusan masalah hendaknya padat dan
jelas. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Rumusa masalah
hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Ada tiga bentuk masalah menurut Sugiyono (2000)
yaitu sebagai berikut:
a) Masalah Deskriptif
Masalah
deskriptif merupakan masalah yang berkenaan dengan pertanyaanterhadap
keberadaan variabel mandiri.
b) Masalah Komparatif
Masalah
komparatif merupakan suatu permasalahan penelitian yang bersifatmembandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampelyang berbeda.
c) Masalah Asosiatif
Masalah
asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubunganantara dua
variabel atau lebih. Jenis-jenis hubungannya adalah sebagai berikut : Hubungan
Simetris yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan muncul
bersama- Hubungan kausal yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat - Hubungan
timbal balik atau interaktif yaitu hubungan yang saling mempengaruhi satu sama
lain.
Pertanyaan Penelitian
Salah satu persoalan mendasar dan
menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam penelitian adalah rumusan
pertanyaan penelitian. Sebab, kualitas penelitian salah satunya sangat ditentukan oleh bobot atau kualitas
pertanyaan yang diajukan. Tetapi kenyatannya berdasarkan pengalaman mengajar
matakuliah metodologi penelitian, membimbing dan menguji skripsi, tesis, dan
disertasi selama ini, masih terdapat banyak persoalan terkait rumusan
pertanyaan penelitian. Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan
melihat kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang
seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang
diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang
diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
Pertanyaan
penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai
fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai
masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa
diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku
metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Tersedia data atau informasi untuk
menjawabnya,
2. Data atau informasi tersebut diperoleh
melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi,
partisipasi, dan evaluasi/tes,
3. Memenuhi persyaratan orisinalitas,
diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),
4. Memberikan sumbangan teoretik yang
berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5. Menyangkut isu kontroversial dan unik
yang sedang hangat terjadi,
6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta
pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
7. Masalah itu diajukan dalam batas
minat (bidang studi) dan
kemampuan peneliti.
Untuk
mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif
sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk
dijawab sebagai berikut:
1. Mengapa masalah tersebut penting untuk
diangkat,
2. Bagaimana kondisi sosial di sekitar
peristiwa, fakta atau gejala yang akan
diteliti,
3. Proses apa yang sebenarnya terjadi di
sekitar peristiwa tersebut,
4. Perkembanghan atau pergeseran apa yang
sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan
5. Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi
pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang akan
datang.
Dilihat
dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall
& Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi
tiga macam pertanyaan, yaitu:
1.
Deskriptif
(yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan
menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian
kualitatif.
2.
Eksploratoris
(yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan
kata tanya “bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian
kualitatif.
3.
Eksplanatoris (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang
terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa
ada hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk
pertanyaan penelitian kuantitatif.
3.2 Kajian Pustaka Dan Hipotesis
3.2.1
Kajian Pustaka
Kajian
pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa kajian pustaka merupakan merupakan variabel yang menentukan dalam suatu
penelitian. Karena akan menentukan cakrawala dari segi tujuan dan hasil
penelitian.
Di samping itu, berfungsi memberikan
landasan teoritis tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam
kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Oleh karena itu, pengertian kajian
pustaka umumnya dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang
ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitannya tema yang akan
diangkat dalam penelitian.
Tujuan
Tujuan
utama kajian pustaka adalah untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan peneliti
yang pernah dilakukan. Hal ini penting karena pembaca akan dapat memahami
mengapa masalah atau tema diangkat dalam penelitiannya. Di samping itu, kajian
pustaka juga bermaksud untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat
dikaitkan dengan hasil penelitian dengan pengatahuan yang lebih luas.
Secara
lebih rinci tujuan kajian pustaka, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Menentukan
dan membatasi permasalahan penelitian.
2.
Meletakkan
penelitian pada perspektif sejarah dan asosiasoinal.
3.
Menghindari
replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu. Replikasi yang tidak sengaja
terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti perlu dihindari karena
hanya merupakan pemborosan.
4.
Menghubungkan
penemuan dengan pengatahuan yang ada dan usulan untuk penelitian lebih lanjut.
Karena
tujuan ini, kajian pustaka bukanlah proses yang mudah dilakukan. Pembuatan
kajian pustaka menuntut pemahaman yang komprehensif dari peneliti tentang
pengatahuan yang pernah ditulis oleh orang lain dalam bidang yang menjadi
konsepnya. Kajian pustaka meliputi kegiatan mencari, membaca, mengevaluasi,
menganalisis dan membuat sistesis laporan-laporan penelitian dan teori, serta
melaporkan amatan dan pendapat yang berhubungan dengan penelitian yang
direncanakan.
Dalam
kajian pustaka dimuat esensi-esensi hasil penelitian literatur yaitu berupa
teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara
bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut, dapat juga dalam bentuk
kutipan dari tulisan orang lain, yaitu kutipan langsung tanpa mengubah
kata-kata atau tanda
bacaan, kemudian dianalisis dibandingkan dan
dikonstuksikan, teori-teori dan temuan-temuan itu harus relevan dengan
permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Kegunaannya adalah untuk bahan
acuan penelitian. Kebenaran yang diperoleh dari penelitian tersebut karena ada
acuan disebut kebenaran koherensi, artinya terdapat relevansi dengan
teori-teori yang telah dikemukakan para ahli terdahulu.
Langkah-Langkah
Menyusun Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam sebuah penelitian
ilmiah berarti menempatkan dan menyimpulkan teori-teori dan konsep-konsep yang
nantinya dapat memberikan kerangka kerja dalam menjelaskan suatu topik dalam
sebuah penelitian. Banyak cara dan model
membuat kajian pustaka, Creswell mengemukakan beberapa model sesuai dengan
pendekatan penelitian yang dilakukan. Untuk pendekatan kualitatif, model pertama, peneliti menempatkan kajian
pustaka pada bagian pendahuluan, ini dimaksudkan agar kajian pustaka dapat menjelaskan
latar belakang secara teoritis masalah-masalah penelitian. Model kedua,
menempatkan kajian pustaka pada bab terpisah seperti halnya pada pendekatan
kuantitatif, model ketiga Kajian pustaka ditempatkan pada bagian akhir
penelitian bersamaan dengan literatur terkait.
Untuk pendekatan kuantitatif selain
menyertakan sejumlah besar teori dan
konsep pada bagian pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau menggambarkan
secara detail literatur dalam bagian
khusus dengan judul seperti tinjauan pustaka, kajian teori atau kajian pustaka,
dan pada bagian akhir penelitian meninjau kembali literatur terkait dan
membandingkan dengan temuan penelitian.
Berikut
ini adalah sintesis dari langkah-langkah
melakukan kajian pustaka menurut Donald Ary dan Creswell sebagai berikut:
1.
Mulailah
dengan mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari materi,
referensi, dan bahan pustaka yang terkait.
2.
Membaca
abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan, bisa didapatkan dari
sumber perpustakaan, jurnal, buku, dan prosiding.
3.
Membuat
catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map) urutan
dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
4.
Membuat
ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan
urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
5.
Membuat
kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori dan
konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
6.
Pada
akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang
dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan
pentingnya topik penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur
yang sudah ada.
Langkah-langkah
di atas dapat digunakan untuk menulis kajian pustaka berbagai jenis
metode/pendekatan penelitain. Selain itu juga dapat mempersempit ruang lingkup
penelitian yang di ajukan sehingga
rumusan masalah dan langkah penelitian lebih jelas dan dapat dilakukan dengan
baik
3.2.2
Hipotesis
Hipotesis
atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. (Vardiansyah, 2008:10)
Hipotesis
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan
diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak
bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,
peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila
terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit
mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa
saat kemudian hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah,
dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka
hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis
merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian
kuantitatif. Kerlinger (1995:30) menyatakan terdapat tiga alasan utama yang
mendukung pandangan ini, di antaranya:
1.
Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik.
2.
Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di
falsifikasi.
3.
Hipotesis
adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat
ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis dalam
penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah
dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus
memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada
masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak
apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian
eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data
atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian
deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya
membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,
tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan
hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan
hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian menurut
Bailey, yaitu:
1.
Untuk
menguji teori,
2.
Mendorong
munculnya teori,
3.
Menerangkan
fenomena sosial,
4.
Sebagai
pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.
Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Untuk
dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1.
Hipotesis
diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan
jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
2.
Hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional.
Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan
secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti
variabel independen dan variabel dependen.
3.
Hipotesis
menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan
gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu
variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai
makna.
4.
Hipotesis
harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi
subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya
dalam hipotesis.
5.
Hipotesis
harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan)
yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi.
Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang
bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode
penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan
data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis
harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang
sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di
antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu
hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan
antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas
dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di
bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal
tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang
dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang
akan dihipotesiskan.
7.
Hipotesis
harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
Tahap-tahap
pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya
sebagai berikut:
1.
Penentuan
masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan
pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa
yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori
atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya
dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.
Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang
menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam
penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.
Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak
dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap
bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang
hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
3.
Pengumpulan
fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara
jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian
dan ketepatan memilih fakta.
4.
Formulasi
hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui
ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini.
Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta.
Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari
hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu
pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5.
Pengujian
hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan
keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut
verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka
disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta
dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak
berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi
(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat
disebut teori.
6.
Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan
menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus
terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan
dengan fakta.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada subyek/obyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek tersebut.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai
populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya
bicaranya, disiplin pribadi, hobi, dan lainnya. Misalnya, penelitian tentang
kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik
yang dimiliki presiden Y.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).
3.3.3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang
digunakan dalam mengambil sampel. Pada dasarnya teknik sampling dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling.
1.
Probability
Sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
a)
Simple
Random Sampling
b)
Proportionate
Stratified Random Sampling
c)
Disproportionate
Stratified Random Sampling
d)
Cluster
Sampling (Area Sampling)
2.
Nonprobabilty
Sampling
Nonprobabilty
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau angota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
a)
Sampling
Sistematis
b)
Sampling
Kuota
c)
Sampling
Insidental
d)
Sampling
Purposive
e)
Sampling
Jenuh
f)
Snowball
Sampling
3.3.4. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan
dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi
adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Akan tetapi, jumlah
yang paling tepat digunakan dalam penelitian adalah tergantung pada tingkat
ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki dan itu tergantung pada sumber dana,
waktu, dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan
semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil
tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang
diperlukan sebagai sumber data. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari
populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :
Keterangan
:
λ2 dengan dk = 1,
taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5. d
= 0,05. S = jumlah sampel
Roscoe dalam buku Research Methods For
Business (1982 : 253) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk
penelitian seperti berikut ini.
a.
Ukuran
sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500
b.
Bila
sampel dibagi dalam kategori (misalnya ; pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c.
Bila
dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti.
d.
Untuk
penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan
kelmpok control, maka jumlah sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1
Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada.
Contoh
data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara
sumber.
Contoh
data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi,
gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang
diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
3.4.2
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor
penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber
data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari
sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung
(data sekunder). Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka
instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup),
pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun
tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
3.4.2.1 Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada
orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah,
teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya
cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono,
2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara
lain :
- Isi dan tujuan pertanyaan
artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala
yang jelas dalam pilihan jawaban.
- Bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa
yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak
mengerti bahasa Inggris, dsb.
- Tipe dan bentuk pertanyaan
apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan
adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya
diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
3.4.2.2
Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang
tidak terlalu besar.
a.Participant
Observation
Dalam
observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru
dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa,
kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
b.Non
participant Observation
Berlawanan
dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang
penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti
yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang
dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah
peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak
sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar
cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3.4.2.3
Wawancara
Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan
sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000
responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan
sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara
terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
- Wawancara terstruktur artinya
peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali
dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder,
kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
- Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya
memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
3.4.3
Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data
3.4.3.1Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru
tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai
kriteria berikut:
- Pengamatan digunakan untuk
penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
- Pengamatan harus berkaitan
dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
- Pengamatan tersebut dicatat
secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan
dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan
reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data
mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama.
Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal,
perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau
sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung
mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua.
Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan
langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah
diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam
mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
3.4.3.2
Metode Wawancara
Yang
dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan
tatap muka maupun melalui telpon.
Ø Wawancara Tatap Muka
Beberapa
kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
- Bisa membangun hubungan dan
memotivasi responden
- Bisa mengklarifikasi
pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
- Bisa membaca isyarat non verbal
- Bisa memperoleh data yang
banyak
Sementara
kekurangannya adalah :
- Membutuhkan waktu yang lama
- Biaya besar jika responden yang
akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
- Responden mungkin meragukan
kerahasiaan informasi yang diberikan
- Pewawancara perlu dilatih
- Bisa menimbulkan bias
pewawancara
- Responden bias menghentikan
wawancara kapanpun
Ø Wawancara via phone
Kelebihan
- Biaya lebih sedikit dan lebih
cepat dari warancara tatap muka
- Bisa menjangkau daerah
geografis yang luas
- Anomalitas lebih besar
dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
- Isyarat non verbal tidak bisa
dibaca
- Wawancara harus diusahakan
singkat
- Nomor telpon yang tidak
terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan
dari sampel
3.4.3.3
Metode Kuesioner
Kuesioner
adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan
tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan
jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab
secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran
kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner
secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini
memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara
pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika
pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun
kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan
untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
3.4.4
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa
isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
- Memperlakukan informasi yang
diberikan responden dengan memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga
pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
- Peneliti tidak boleh
mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek.
Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada
subjek dengan jelas.
- Informasi pribadi atau yang
terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal tersebut
mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan
dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan
spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan
penelitian.
- Apapun sifat metode pengumpulan
data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh dilanggar
- Tidak boleh ada paksaan kepada
orang untuk merespon survei dan responden yang tidak mau berpartisipasi
tetap harus dihormati.
- Dalam study lab, subjek harus
diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi
dalam studi.
- Subjek tidak boleh dihadapkan
pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik maupun mental.
- Tidak boleh ada penyampaian
yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama
study
3.5 Rencana Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses
dalam menyederhanakan data ke bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterprestasikan. Tahapan ini biasanya dilalui dalam penelitian bisnis dan
manajemen ekonomi. Data yang banyak digunakan dalam analisis data ini biasanya
berbentuk data statisktik dengan fungsi sebagai penyederhanaan data penelitian
yang besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih mudah untuk dipahami. Namun
sebelum melakukan analisis data yang sebenarnya perlu dilakukan sebuah rencana
analisis data agar saat penganalisian data benar.
Dalam menyusun rencana analisis
data, diperlukan beberapa langkah agar kegiatan ini mampu mencapai tujuan
penyederhanaan. Ada beberapa proses yang dapat dilakukan dalam proses rencana
analisis data ini yakni editing, coding dan tabulasi.
·
Editing
Kegitan ini
dilakukan dengan memerika data mentah yang masuk, setelah itu mengecek apakah
terjadi kesalahan pengiriman, pengisiannya lengkap atau tidak, apakah data
tersebut aplsu atau tidak, dan lain sebagainnya. Tujuan dari editing ini adalah
agar terpenuhinya instruksi sampling, agar data mentah dapat dibaca, agar data
bersifat konsisten, dan agar isi jawaban dapat dimengerti.
·
Coding
Kegiatan ini
adalah pemberian symbol pada tiap data yang masuk dalam katagori yang sama.
Tanda tersebut bias berupa huruf atau angka, bergantung pada kesepakatan
penelitian. Tujuan dari tahapan ini adalah unutk mengklasifikasi jawaban pada
katagori – katagori yang penting. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam tahapan ini yakni :
o
Kode
dan jeni pertanyaan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar jenis
pertanyaan dan jawaban dapat dibedakan degnan jelas.
o
Bila
jawaban berupa angka, maka kode yang digunakan adalah angka tersebut.
o
Apabila
jawaban untuk pertanyaan tertutup, maka jawaban telah disediakan terlebih
dahulu sehingga responden tinggal mengecek jawaban – jawaban sesuai dengan
instruksi.
o
Apabila
jawaban semi terbuka, maka responden berhak untuk memeberikan jawaban lain di
luar jawaban yang telah disediakan
o
Apabila
jawaban terbuka, maka pertanyaan bias dijawab dengan bebas oleh responden
dengan data yang telah dimodifikasi sebelumnya.
·
Tabulasi
Kegiatan ini
adalah proses penyusunan data dalam bentuk table, jawaban disusun dengan
kategori dan dimasukkan ke dalam table atau grafik.
Sehingga dapat
diambil sebuah pengertian dari rencana analisis data adalah bagaimana mengolah
data yang masuk hingga menjadi suatu susunan data yang sederhana dan mudah
dipahami.
3.6 Penulisan Laporan
Penulisan
laporan merupakan langkah terakhir dalam proses penelitian, dimana dalam
laporan akan memuat proses penelitian secara keseluruhan dari awal sampai
akhir. Laporan penelitian ini akan berisikan simpulan dari hasil penelitian
yang dilakukan dan juga terdapat saran bila diperlukan. Selanjutnya laporan ini
juga bermanfaat bagi peneliti – peneliti berikutnya sebagai suatu refrensi.
3.7 Proposal Penelitian
Rancangan atau proposal penelitian
merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti
untuk melakukan penelitiannya. Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu
permasalahan. Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis
sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Proposal
penelitian atau rancangan penelitian paling tidak berisi empat komponen utama,
yaitu Permasalahan, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, Metode Penelitian,
Organisasi dan Jadwal Penelitian.
3.8 Cara Sitasi Yang Benar Dan Legal
Sitasi
adalah menunjukan asal-usul atau suatu kutipan menguntip pernyataan atau menyalin/mengulang
pernyataan seseorang dan mencantumkan kedalam suatu karya tulis yang dibuat,
namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang
lain.
Isi sitasi :
1) Buku : pengarang, judul buku,
penerbit dan tahun publikasi
2) Jurnal: pengarang, judul artikel,
judul jurnal, volume, tahin publikasi dan nomor halaman.
3) Karya di Internet: URL dan
tanggal tersebut diakses.
Rujukan (Referensi, Acuan, atau
References)
1) Biasanya terdapat pada akhir
setiap bab dari suatu buku atau pada akhir suatu artikel jurnal atau makalah
2) Entri disusun sesuai urutan
kutipan di dalam teks atau secara alphabetis.
Daftar pustaka (Daftar Kepustakaan,
Biografi, atau Bibliography)
1) Terdapat pada akhir suatu buku
atau jenis monograf lainya.
2) Entri disusun secara alphabetis
(A-Z) tanpa pengelompokan jenis sumber.
3) Jika pengarang yang sama dikutip
beberapa kali dari karya yang berbeda, entri didaftar secara kronologis
berdasarkan tahun publikasi
4) Jika pengarang dikutip untuk dua atau lebih karya yang
dipublikasi pada tahun yang sama, tambahkan huruf kecil a, b, c, ,dst setelah
tahun terbit, contoh: 2005a, 2005b, 2005c.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
sumbernya darimana ini bro? mohon bantuannya. thanks
Post a Comment