Tuesday, January 22, 2013
A. Mengapa
Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi
Berdasarkan
pengalaman, banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu pemahaman yang
lebih dari sekadar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun harus diakui
bahwa banyak system akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia
yang tidak terhitung, bahkan penggunaan dan penerimaan seluruh system akuntansi
terkadang dapat menjadi meragukan. Para manajer terbiasa bebas untuk
memanipulasi laporan informasi system akuntansi. Pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut pandang hasil laporan mereka
dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih luas terhadap efektivitas
organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat menimbulkan pembatasan yang
tidak diinginkan terhadap inisiatif manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan
akhir itu sendiri jika semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang
lebih luas.
Dalam
organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan dalam mencapai
tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung
jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung
jawab tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan
tertentu. Dalam organisasi, masing-masing mempunyai tujuan dan bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Keselarasan tersebut akan
dapat lebih diwujudkan manakala individu memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan
yang ada di dalam anggaran.
B. Dimensi Akuntansi
Keperilakuan
Akuntansi
keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti
mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan
desain, konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang
efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara
perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi social dan budaya
manusia dalam suatu organisasi.
Bernard
Berelson dan GA. Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai definisi
keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan secara langsung
dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu
keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.
Lingkup
dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang, yaitu:
·
Pengaruh
manusia berdasarkan desain, kontruksi dan penggunaan sistem akuntansi
·
Pengaruh
sistem akuntansi terhadap perilaku akuntansi
·
Metode
untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia
Akuntansi Keperilakuan :
Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional
Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan
akuntansi akan dapat menjadi lebih baik jika laporan tersebut banyak mengandung
informasi yang relevan. Akuntan mengakui adannya fakta ini melalui prinsip
akuntansi yang dikenal dengan pengungkapan penuh (full disclosure).
Prinsip ini memerlukan penjelasan yang tidak hanya berfungsi sebagai pengganti
dan penambah informasi guna mendukung laporan data keuangan perusahaan, tetapi
juga sebagai laporan yang menjelaskan kritik terhadap kejadian-kejadian
nonkeuangan. Informasi tambahan ini dilaporkan baik dalam suatu kerangka
laporan keuangan maupun dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Beberapa ahli membantah pernyataan bahwa informasi pada
dimensi perilaku organisasi adalah adalah tidak berguna bagi pengambil
keputusan internal dan eksternal. Kekuatan para akuntan telah diakui bahwa
mereka memiliki pengalaman selama berabad-abad, dimana mereka menjadi terbiasa
dengan kebutuhan informasi dari pemakai eksternal dan para manajer internal,
proses keputusan bisnis yang dibuat, dan berbagai data keuangan yang dilaporkan
yang terkait dengan berbagai jenis situasi keputusan. Oleh karena itu, para
akuntan yang berkualitas akan memilih gejala keperilakuan untuk melakukan
penyelidikan, karena mereka mengetahui bahwa data keperilakuan sangat berarti
untuk melengkapi data keuangan. Lebih lanjut lagi, para akuntan menjadi
satu-satunya kelompok yang secara logis mampu mengikutsertakan informasi
keperilakuan ke dalam laporan keuangan bisnis yang ada.
C.Lingkup dan Sasaran
Hasil Dari Akuntasi Keperilakuan
Pada masa
lalu, para akuntan semata-mata focus pada pengukuran pendapatan dan biaya yang
mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi masa
depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu
dari perilaku manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu factor
yang akan mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa
arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan
memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang
saling berhubungan dalam organisasi.
D. Persamaan dan
Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan
Ilmu
keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan
manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia
dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu social,
sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntasi dan
pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan
sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai dan
memecahkan permasalahan organisasi.
E. Perspektif
Berdasarkan Perilaku Manusia : Psikologi, Sosiologi dan Psikologi Sosial
Ketiga hal
tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi social menjadi kontribusi
utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan
dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki
perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. Psikologi terutama merasa
tertarik dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada
tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan
mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan
motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu
organisasi. Di pihak lain, sosiologi dan psikologi social memusatkan perhatian
pada perilaku kelompok social. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara
orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam
hubungannya dengan ilmu social, pengaruh social dan ilmu dinamika kelompok.
F. Prespektif Berdasarkan Perilaku Manusia: Psikologi,
sosiologi, dan Psikologi Sosial
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha untuk
mengukur, menjelaskan, dan terkadang untukmengubah perilaku manusia. Para
psikologi memperhatikan, mempelajari, dan berupaya untuk memahami perilaku
individual.
Sedangkan sosiologi mempelajari orang-orang dalam
hubungannya sesame manusia. Secara spesifik, sosiologi telah memberikan
kontribusi yang besar pada perilaku organisasi melalui studi mereka terhadap
perilaku kelompok dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan
relative rumit.
Psikologi social adalah suatu bidang kajian didalam
psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi.
Psikologi social memfokuskan pada pengaruh satu-satu tehadap orang lain.
G. Beberapa Hal Penting dalam Perilaku Organisasi
· Teori peran
Peran
merupakan komponen perilaku nyata yang disebut norma. Norma-norma adalah
harapan dan kebutuhan perilaku yang sesuai untuk suatu peranan tertentu.
Tiap-tiap peran berhubungan dengan suatu identitas yang menggambarkan individu
dalam hal bagaimana mereka perlu bertindak dalam situasi khusus.
· Struktur social
Studi
keperilakuan manusia yang sistematis bergantung pada dua fakta. Pertama,
orang-orang bertindak secara teratur dengan pola yang berulang. Kedua,
orang-orang tidak mengisolasikan bentuk, tetapi mereka saling berhubungan satu
dengan yang lainnya.
· Budaya
Budaya
merupakan satu titik pandang yang pada saat yang bersamaan dijadikan jalan
hidup oleh suatu masyarakat. Tidak terdapat masyarakat tanpa suatu budaya, dan
budaya tidak ada diluar suatu masyarakat.
· Komitmen organisasi
Komitmen
organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan memihak pada
suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk
mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi itu.
· Konflik peran
Konflik
peran merupakan suatu merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh
anggota organisasi, yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan
berpotensi untuk menurunkan motivasi kerja.
· Konflik kepentingan
Konflik
kepentingan terbagi 2, yaitu konflik kepentingan pekerja dan konflik
kepentingan keluarga yang sangat merugikan karyawan dan perusahaan dan
memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.
· Pemberdayaan karyawan
Pemberdayaan
karyawan dilakukan untuk :
a. Meningkatkan motivasi guna mengurangi kesalahan dan
mendorong karyawan untuk bertanggungjawab.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kreativitas dan inovasi
c. Mendorong peningkatan kualitas produk dan jasa
d. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mendekatkan karyawan
terhadap pelanggan, sehingga karyawan dapat melayani dengan lebih baik.
e. Meningkatkan kesetiaan dan mengurangi tingkat kemangkiran
f. Mendorong kerja sama yang lebih baik
g. Mengurangi tugas pengawasan dari manajemen menengah dalam
pekerjaan operasional sehari-hari
h. Menyiapkan karyawan untuk berkembang dan menghadapi
perubahan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment