Thursday, May 30, 2013
Berbagai pendekatan telah dilakukan
dari waktu ke waktu untuk merumuskan sebuah teori akuntansi. Beberapa
pendekatan dikenal debagai pendekatan tradisional, dikarenakan
pendekatan-pendekatan tersebut diwarnai oleh tidak adanya proses verifikasi
yang sungguh-sungguh dilakukan dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi.
Pendekatan-pendekatan tradisional lebih merupakan penelitian konvensional
daripada aliran beru dalam penelitian yang bersandar pada penalaran tradisional
dalam merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita akan memilah
pendekatan-pendekatan tersebut atas :
- Pendekatan non-teoritis
- pendekatan deduktif
- pendekatan induktif
- pendekatan etis
- pendekatan sosiologis
- pendekatan ekonomik
I. Sifat
Dasar Akuntansi : Berbagai Pandangan
Komite AICPA
mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan
tentang entitas ekom\nomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan
keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan diantara alternative
tindakan yang ada.
The Handbook of
Accounting mengidentifikasi berbagai bidang yang memanfaatkan akuntansi yaitu :
Laporan keuangan, penentuan dan perencanaan paajk, audit independen;
system-sistem pemrosesan data dan informasi; akuntansi biaya dan manajemen;
akuntansi pendapatan nasional; dan konsultan manajemen.
1. Akuntansi
sebagai sebuah ideologi
Akuntansi telah dipandang sebagai
fenomena ideologis-sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan
social, ekonomi, dan politik saat ini. Karl Marx menegaskan bahwa akuntasi
melakukan suatu bentuk dan menjadi sarana untuk mengaburkan-bukan mengungkapkan
sifat sesungguhnya dari hubungan-hubungan sosial yang membentuk usaha
produktif. Akuntansi juga dipandang sebagai mitos, symbol, dan kegiatan ritual
yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yang di dalamnya aagen-agen
sosial dapat saling berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujud dalam
pandangan umum merupakan bahwa akuntansi juga instrument rasionalisasi ekonomi
dan alat system kapitalisme.
2. Akuntansi
sebagai sebuah bahasa
Persepsi akuntansi sebagai bahasa merupakan persepsi yang
populer dalam buku-buku akuntansi.
Sebagai contoh, Ijiri berpendapat bahwa :
Berbagai aktivitas bisnis suatu perusahaan dilaporkan
dalam laporan akuntansi menggunakan bahasa akuntansi, yang juga sama apabila
disajika dalam surat kabar menggunakan bahasa inggris. Untuk mengungkapkan
suatu kejadian akuntansi tidak hanya sekedar menghadapi risiko akan adanya
kesalahpahaman namun juga menghadapi risiko adanya hukuman terhadap kesalahan
penyajian, kebohongan atau sumpah palsu. Perbandingan laporan perlu dilakukan
untuk memenuhi fungsi bahasa yang efektif, apakah itu dalam bahasa inggris atau
dalam bahasa akuntansi.
Hawes mendefinisikan bahasa sebagi berikut :
Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda-tanda yang
disusun secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang
bersifat tertutup dan rahasia. Sebaliknya, simbol-simbol manusia disusun secara
sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan
penggunaannya.Susunan simbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
3. Akuntansi
Sebagai Catatan peristiwa yang lalu
Umumnya akuntansi dipandang sebagai
sebuah cara penyajian sejarah perusahaan dan transaksi yang dilakukannya dengan
pihak lain. Bagi pemilik maupun pemegang saham, catatan akuntansi menyediakan
sejarah pertanggung jawaban manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan
pemilik. Pengukuran konsep pertanggung jawaban telah dilakukan dri waktu ke
waktu. Bimberg membedakannya dalam empat periode:
- Periode Pure Custodial.
- Periode traditional custodial
- Periode asset-utilization.
- periode open-ended.
Dua periode pertama mengacu pada
kepentingan agen untuk mengembalikan sumber-sumber daya secara lengkap kepada
principal dengan menetapkan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi
pemeliharaaan (Custodial). Pada dua periode ini, pengungkapan data keuangan
dalam neraca dianggap sudah memadai. Period eke tiga mengacu pada kepentingan
agen untuk menetapkan inisiatif pemakaian asset secara mendalam agar sesuai
dengan rencana yang telah disepakati. Terakhir, periode open ended berbeda
dengan periode asset utilization dalam hal penetapan pemanfaatan asset yang
lebih fleksibel dan memungkinkan agen
untuk merencanakan aliran pemanfaatan asset.
4. Akuntansi
Sebagai Realitas Ekonomi saat ini
Akuntansi juga dipandang sebagai cara
untuk menggambarkan realiatas ekonomi saat ini. Argumen utama yang mendukung
pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba rugi seharusnya
didasarkan pada taksiran yang menggambarkan relitas ekonomi saat ini daripada
kos histories. Metode yang digunakan agar lebih menunjukan realita ekonomi saat
ini, lebih difokuskan pada penetapan harga saat ini dan di masa mendatang
daripada penetapan harga di masa lalu. Tujuan utama dari pandangan akuntansi
adalah penetapan pendapatan sesungguhnya (True Income), suatu konsep yang
menunjukkan perubahan kesejahteraan perusahaan dari suatu period eke periode
selanjutnya.
5. Akuntansi
Sebagai Suatu Sistem Informasi
Akuntansi selalu dipandang sebagai
suatu system informasi. Pandangan ini mengasumsikan akuntansi sebagai suatu
proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan),
saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Dengan
menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisi sebagai
“Proses menyandikan sejumlah observasi kedalam bahasa sistem akuntansi,
memanipulasi sinyal sistem pelaporan,dan mengawasandikan (dengan coding) serta
mentransmisikan hasilnya. Pandangan tentang akuntansi ini memberikan manfaat
yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris. Pertama, pandangan
ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem
pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini memunculkan
kemungkinan desain sistem akuntansi yang optimal, yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan informasi yang bermanfaat (bagi pengguna). Perilaku pengirim
(sender) merupakan hal yang penting baik dalam reaaksi terhadap informasi yang
disjikan maupun dalam pemanfaatan informasi yang dibuat. Kedua perilaku ini
merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi keperilakuan.
6. Akuntansi
Sebagai Komoditas
Akuntansi juga dipandang sebagai
komoditas yang dihasilkan dari suatu aktivitas ekonomi. Pandangan ini muncul
disebabkan adanya permintaan informasi khusus, dan para akuntan memiliki
kemampuan untuk permintaan tersebut. Sebagai komoditas umum, akuntansi menjadi
dasar ideal untuk pengaturan, yang berdampak terhadap kebijakan umum dan
memantau seluruh bentuk perjanjian antar organisasi dengan lingkungannya.
Pemilihan informasi akuntansi dan atau teknik akuntansi selanjutnya memiliki
pengaruh terhadap kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat. Akibatnya muncul
pasar informasi akuntansi yang berasal dari adanya penawaran dan permintaan
informasi.
II. Penyusunan
dan pembuktian Teori
Walaupun akuntansi merupakan sekumpulan
teknik yang dapat digunakan dalam bidang spesifik, namun praktiknya dilakukan
dalam kerangka konseptual implisit yang terdiri dari prinsip-prinsip dan
praktik-praktik yang telah diterima oleoh profesi, dikarenakan oleh kegunaan
dan logika yang dikandungnya. Petunjuk yang disebut juga sebagai
“prinsip-prinsip akuntansi berterima umum/PABU” ini mengarahkan profesi
akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan dalam penyiapan laporan
keuangan dengan suatu cara yang diaanggap sebagai praktik terbaik. Dalam
menanggapi perubahan lingkungan, perubahn nilai dan kebutuhan informasi,
prinsip-prinsip akuntansi berterima umum merupakan subjek penilaian kembali
yang sifatnya tetap dan subjek analis kritis. Hal ini ditunjukkan dalam APB
Staement No.4, yang menguraikan prinsip-prinsip sebagi berikut :
Penyajian prinsip-prinsip akuntansi berterima umum
merupakan hasil suatu proses evolusi yang diharapkan terus berlanjut di masa
medatang. Perubahan dapat saja muncul pada setiap tingkatan prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum…
Perubahan terhadap prinsip-prinsip akuntansi berterima
umum dapat dilakukan untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan social,
terhadap pengetahuan dan teknologi baru, dan terhadap permintaan pengguna akan
informasi keuangan yang lebih berguna. Sifat dinamis akuntanssi
keuangan-kemampunnya untuk berubah dalam menanggapi perubahan
kondisi-memungkinnya untuik menjaga dan meningkatkan kegunaan informasi yang
dihasilkan.
Proses penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi
pula dengan proses pembuktian
(verification) dan pengesahan (validation) teori. Machlup mendefinisikan proses ini sebagai
berikut :
Pembuktian dalam penelitian dan analis dapat menunjuk
pada bebrapa hal, termasuk kebenaran argument-argumen matematis dan logika,
dapat diterapkannya rumus dan persamaan
yang dibuat, dapat dipercayanya laporan, keautentikan dokumen, alat ataupun
barang-barang peningalan, keckupan barang-barang reproduksi, terjemahan, dan
uraian yang dibuat, keakuratan perhitungan yang lalu dan perhitungan statistic,
bukti-bukti yang menguatkan pelaporan suatu kejadian, kelengkapan dalam
pendataan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya terjadi, dapat diulangnya
eksperimen yang dilakukan, kekuatan penjelas atau kemampuan untuk memprediksi
hasil.
Pernyataan ini bermakna bahwa teori seharusnya tunduk
terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk membuktikan
keakuratannya.
III. Sifat
Dasar Teori Akuntansi
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan menjelaskan
perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Kita mengasumsikan, atas dasar
keyakinan, bahwa teori akuntansi itu ada. Teori didefinisikan sebagai
“sekumpulan gagasan (konsep), definisi dan dalil yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar
variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksi fenomena
tersebut.
Pada awalnya harus diakui bahwa tidak ada teori akuntansi
yang komprehensif ketika itu. Bahkan terdapat teori-teori yang berbeda dan
berkembang, yang disajikan dalam sejumlah literature. Banyak dari teori-teori
tersebut yang muncul karena dipakainya pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam
penyusunan teori akuntansi atau dari upaya perkembangan teori yang sudah ada
sebelumnya dan bersifat setengah jadi (middle range), dari pada melalui
pengembangan suatu teori yang komprehensif.
Dalam hal bagaimana seharusnya para pengguna dan penyaji
data akuntansi berperilaku. Perbedaan ini menyebabkan America Accounting
Association’s Committee on Concept and Standards (or External Financial Report)
menyimpulkan bahwa :
- Tidak ada satupun pengaruh teori akuntansi keuangan
yang cukup memadai dalam memenuhi spesifikasi pengguna lingkungan yang luas secara efektif; sehingga
- Yang ada dalam literature akuntansi keuangan selama
ini bukanlah teori akuntansi keuangan melainkan sekumpulan teori yang
dikumpulkan dari perbedaan-perbedaan dalam spesifikasi
pengguna-lingkungan.
E.S. Hendrikson mengunakan definisi “teori” yang dapat
diaplikasikan dalam akuntansi. Berdasarkan Webster’ Third New International
Dictionary, “teori menyajikan “sekumpulan hipotesis, konsep, dan
prinsip-prinsip pragmatis yang saling berkaitan, yang membentuk kerangka acuan
umum untuk suatu bidang penelitian”.
IV.
Metodologi-metodologi dalam penyusunan Teori Akuntansi
Kita sekarang dapat menyimpulkan bahwa
suatu teori akuntansi adlah munglin apabila (1) di dalamnya terdapat suatu
kerangka acuan, seperti yang disarankan oleh hendriksen, dan (2) mengandung
tiga elemen : penyandian fenomena ke dalam penyajian secara simbolis ;
manipulasi atau penggabungan sesuai ketentuan ; dan penerjemahan kembali ke
fenomena yang sesungguhnya, seperti yang disarankan McDonald.
Dalam profesi akuntansi, ada keyakinan
yang luas bahwa akuntansi merupakan suatu seni yang tidak dapat diformilkan dan
bahwa metodologi yang digunakan secra tradisional dalam peyusunan teori
akuntansi merupakan sebuah upaya untuk menilai apa yang terjadi melalui
penyusunan praktik-[raktik akuntansi. Sejumlah teori dengan pendekatan ini yang
dinamakan akuntansi deskriptif atau teori akuntansi deskriptif.
Pendekatan akuntansi deskriptif telah
dikritik oleh para pemdukumg metodologi normative. Teori akuntansi normatif
berupaya untuk menyajikan lebih pada “apa yang seharusnya” (Ougt to be), dari
pada “apa yang terjadi” (What is). Teori dengan pendekatan ini dinamakan
akuntansi normatif.
Metodologi deskriptfi berupaya untuk
menilai sejumlah praktik akuntansi yang diaanggap berguna dan metodologi
normatif berupaya untuk menilai sejumlah praktik akuntansi yang seharusnya
dapat digunakan.
V.
Pendekatan-pendekatan Non Teoritis
Pendekatan-pendekatan non teoritis
biasanya merupakan pendekatan pragmatis (praktis) dan otoriter (otoritarian).
Pendekatan pragmatis terdiri dari
penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik
sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi daran solusi praktis.
Pendekatasn otoritarian dalam
penyusunan teori akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi,
terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi.
Teori pendekatan akun
merasionalisasikan pemilihan teknik-teknik akuntansi atas dasar upaya untuk
mempertahankan persamaan akuntansi, yang dinamakan persamaan neraca (Balance
sheet equation) dan persamaan profit akuntansi (accounting profit equation).
Persamaaan
neraca biasanya dinyatakan dalam :
Asset =
Kewajiban + Ekuitas Pemilik
Persamaan
profit akuntansi biasanya dinyatakan dalam :
Profit
Akuntansi = Pendapatan – Kos
Dua persamaan dalam pendekatan akun ini
menghasilkan pengembangan dua posisi dalam proses penyusunan standar, yang
dinamakan posisi berorientasi neraca (balece sheet oriented position) dan
posisi berorientasi profit (profit-oriented position). Dalam setiap kasus,
pendekatan ini, seperti halnya pendekatan pragmatis maupun otoritarian, juga
menghadapi kendala kurangnya landasan teoretis.
VI. Pendekatan
Deduktif
Pendekatan deduktif dalam penyusunan
suatu teori akan dimulai dengan adanya asumsi-asumsi dasar dan hasil penarikan
konklusi yang bersifat logis tentang suatu subjek dengan sejumlah pertimbangan.
Dalam penerapannya di bidang akuntansi, pendekatan deduktif dimulai dengan
asumsi atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang diperoleh dari
sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi pengembangan
teknik-teknik selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi yang bersifat
umum ke spesifik. Apabila pada kondisi ini, asumsi dasar tentang lingkungan
akuntansi terdiri dari sejumlah tujuanmaupun dalil, tahap-tahap yang digunakan
untuk menjalankan pendekatan deduktif terdiri dari :
- Penetapan tujuan-tujuan pelaporan keuangan.
- Pemilihan dalil-dalil akuntansi.
- penentuan prinsip-prinsip akuntansi.
- pengembangan teknik-teknik akuntansi.
Oleh karenan itu, dalam penentuan teori
akuntansi secara deduktif, teknik-teknik yang dikembangkan akan berhun\bungan
dengan prinsip-prinsip, dalil-dalil, dan tujuan-tujuan melalui sejumlah cara,
dan apabila pendekatan tersebut dilakukan secara benar, maka teknik-teknik
tersebut seharusnya juga benar. Pendefinisian struktur teoritis akuntansi yang
dilakukan melalui serangkaian tersebut didasarkan pada perumusan tujuan
akuntansi yang semestinya.
VII. Pendekatan
Induktif
Pendekatan Induktif dalam penyusunan
teori dimulai dengan serangkaian pengamatan, kemudian pengukuran serta selanjutnya
aktivitas untuk memperoleh suatu konklusi. Apabila diterapkan dalam bidang
akuntansi, pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap
informasi keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutmya akan diperoleh
rumusan gagasan serta prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan tersebut dengan
menggunakan dasar hubungan yang terjadi secara berualang. Argumentasi induktif
dikatakan membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus ke suatu bentuk
umum. Pendekatan induktif dalam penyusunan teori mencakup empat tahap :
- Pencatatan seluruh pengamatan
- penganalisaan dan pengelompokan pengamatan untuk
mendeteksi adanya hubungan yang berulang.
- Penginduksian asal mula konklusi-konklusi dan
prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-pengamatan yang menggambarkan
hubungan secara berulang.
- Pengujian konklusi-konklusi dibuat.
Dalam proses induksi, kebenaran suatu
dalil tergantung pada pengamatan yang secara memadai menyajiakan contoh adanya
hubungan berualang.
Dengan cara yang sama, kita dapat
menyatakan bahwa dalil-dalil akuntansi yang diperoleh dari konklusi induktif
dapat dilahirkan menjadi teknik-teknik akuntansi yang bersifat khusus hanya
apabila terdapat probabilitas yang lebih tinggi atau lebih rendah, sementara
itu, dalil-dalil akuntansi yang berasal dari simpulan deduktif dapat diarahkan
ke teknik-tekink khusu yamg sudah pasti.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment