Tuesday, November 26, 2013
6.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2007; 389), dalam
penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakn “social
situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity)
yang berinteraksi secara sinergis.
6.2 Sampel
Menurut
Sugiyono (2007; 389), dalam penelitian kuantitatif, sampel itu merupakan
sebagaian dari populasi itu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel yang
kesimpulannya diberlakukan untuk popuilasi, maka sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif
(mewakili). Pengambilan sampel berarti mengambil sebagian saja dari populasi
untuk menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.
6.3 Penelitian menggunakan sampel
dan populasi
Penelitian yang bekerja dengan
sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja dari anggota populasi untuk
dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan analisis sampel dibuat
generalisasi. Faktor penting disini adalah generalisasi, artinya seberapa jauh
simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasikan. Salah satu kaidah penelitian ilmiah, seperti yang telah disebutkan pada bab I adalah generalizability
yang artinya hasil penelitian tersebut memiliki kemampuan generalisasi.
Kemampuan generalisasi ini sangat tergantung dari besarnya sampel. Sampel yang
representatif (mewakili) memiliki kemampuan generalisasi.
Penelitian yang bekerja dengan
populasi tidak perlu menghadapi persoalan generalisasi. Peneliti terhindar dari
sampling karena jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah anggota populasi.
Pada penelitian populasi
peneliti biasanya berhadapan dengan kendala biaya, waktu dan tenaga.
6.4
Kriteria sampel yang baik
Suatu mengambilan sampel yang ideal mempunyei sifat-sifat
sebagai berikut.
1) Dapat
menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2)
Dapat
menentukan presisi dengan cara menentuka simpangan baku dari taksiran yang diperoleh
3) Sederhana
hingga mudah dilaksanakan
4)
Dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah rendahnya (Mantra, 2003)
Dalam
menentukan metode pengambilan sampel dalam penelitian, peneliti harus
benar-benar mempertimbangkanbesarnya waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan
dalam penelitian dengan presisi yang diharapkan dari hasil penelitian. Apabila
jumlah biaya, tenaga, dan waktu telah dibatasi seja semula, peneliti harus
berupaya mendapatkan metode pengambilan
sampel yang dapat menghasilkan presisi yang tertinggi.
6.5
Pertimbangan penentuan ukuran sampel
ada 3 (tiga) faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian.
1)
Derajat keseragaman (degree of homogenity)
Makin seragam populasi itu, makin kecil
sampel yang dapat diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely
homogeneous), maka satu elementer saja dari seluruh populasi itu sudah
cukup representatif untuk diteliti. Berbeda kalau populasi adalah completely
heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan
gambaran yang representatif.
2) Presisi yang dikehendaki dalam
penelitian
Tingkat ketepatan
ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh dari pencacahan lengkap, dengan asumsi instrumen, teknik
wawancara, kualitas pewawancara dan lainnya yang digunakan sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari
standar error. Makin kecil kesalahan baku, makin besar tingkat presisinya.
3) Rencana Analisis
Recana analisis data dengan teknik analisis
tertentu sangfat menentukan besarnya sampel yang harus diambil. Teknik analisis
dengan tabel silang dan analisis lanjutan dengan Chi-Square misalnya
mensyaratkan pentingnya sampel minimal yang tersedia dalam setiap sel dalam
tabel silang. Untuk tabel ukuran 2x2 diperlukan sampel minimal sebanyak 20.
Itupun apabila frekuensi sampel menyebar
secara merata pada masing-masing sel. Untuk keperluan analisis yang lebih baik,
diperlukan sampel yang lebih banyak. Teknik analisis regresi, misalnya
mengasumsikan sampel berdistribusi normal. Asumsi normalitas umumnya dapat
dicapai pada sampel ukuran besar yaitu minimal 30.
6.6
Ukuran sampel
Berdasarkan atas pertimbangan
penentuan ukuran sampel tersebut di atas, peneliti dapat menentukan ukuran
sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Makin besar jumlah
sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel
menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi. Selanjutnya
berapakah jumlah sampel yang dipandang represntatif mewakili populasi?
Jawabannya tergantung pada tingkat presisi yang dikehendaki. Presisi yang dikehendaki dapat
direpresentasikan dari derajat kesalahan secara statistik apakah 1 %, 5%, atau
10%. Semakin tinggi presisi yang dikehendaki, semakin kecil tingkat kesalahan
yang harus ditentukan. Derajat kesalahan 1 % memiliki presisi lebih tinggi
daripada derajat kesalahan 5% atau 10%.
Peneliti dapat menentukan tingkat
presisi yang dikehendaki, yang selanjutnya berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan besarnya jumlah
sampel. Berikut rumus yang
dikembangkan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2000; Mantra, 2003) untuk menentukan
besarnya sampel berdasar tingkat kesalahan yang ditoleransi 1%, 5 %, dan 10 %
χ2
NP (1-P)
s
= --------------------------------
d2 (N-1) + χ2
P (1-P)
Dalam hal ini
s = Jumlah anggota sampel
N = Jumlah anggota populasi
P = Proporsi populasi (0, 5)
d = Derajat ketelitian
(misal 0,05)
χ2
= Nilai tabel χ2 (3,48)
Atau dapat pula dengan rumus
Slovin (1990) sebagai berikut.
n = N/ (1 + Ne2
)
Dalam hal ini:
N = Jumlah anggota sampel
N = Jumlah anggota populasi
e = Nilai kritis (batas ketelitian, misalnya 0,05)
6.7
Sumber Kesalahan Sampel
Kesalahan dalam sampel dapat berasal dari beberapa sumber berikut.
1)
Sampling frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen
sampel tertentu tidak diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili
secara tepat oleh kerangka sampel
Misal: Populasi didefinisikan
sebagai semua orang yang memiliki rekening tabungan. Kesalahan terjadi karena
sampel ditarik berdasar daftar rekening tabungan dimana satu orang mungkin memiliki lebih dari satu rekening
2) Random sampling error (sampling error), yaitu kesalahan akibat adanya
perbedaan antara hasil sampel dan hasil sensus yang dilakukan dengan prosedur
yang sama. Kesalahan seperti ini juga dapat terjadi karena fluktuasi statistik
yang terjadi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang dipilih. Kesalahan
semacam ini merupakan fungsi dari jumlah sampel. Cara memperkecilnya adalah
dengan meningkatkan jumlah sampel. Semakin banyak sampel yang diambil, maka
kesalahan sampel menurun. Pada gambar 6.2 ditunjukkan hubungan antara besar
sampel dan tingkat kesalahan. Semakin tinggi tingkat kesalahan yang
ditoleransi, semakin kecil sampel yang diambil, maka semakin besar kesalahan
sampel. Jadi terdapat hubungan terbalik antara besar sampel dengan tingkat
kesalahan sampel.
3) Nonresponse error yaitu kesalahan akibat perbedaan statistik antara survei
yang hanya memasukkan mereka yang merespon dan tidak mereka yang gagal (tidak)
merespon.
Penyimpangan
juga dapat terjadi yang bukan disebabkan pemakaian sampel (Non Sampling Error). Penyimpangan ini ditimbulkan oleh beberapa hal
diantaranya:
1)
Penyimpangan karena kesalahan perencanaan, seperti tidak tepatnya
pemakaiandefinisi, kriteria, satuan-satuan ukuran dan lainnya
2)
Penyimpangan karena penggantian sampel
3)
Penyimpangan karena salah tafsir petugas maupun responden
4)
Penyimpangan karena salah tafsir responden
5)
Penyimpangan karena responden sengaja salah menjawwabnya
6) Penyimpangan karena kesalahan dalam pengolahan data
dan penerbitannya
Penyimpangan
yang terjadi karena kesalahan sampel dan kesalahan non sampel disebut kesalahan
total. Peneliti harus berupaya mengeliminir kedua kesalahan tersebut. Kesalahan
sampel dapat diperkecil dengan pemakaian metode pengam,bilan sampel yang tepat,
sedangkan kesalahan yang bukan karena pemakaian sampel dapat diperkecil dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang teliti dari penelitian yang bersangkutan.
6.8
Tahap pemilihan sampel
Setelah jumlah sampel yang representatif
dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah pemilihan sampel. Sebelum
dilakukan pemilihan sampel dengan terlebih dahulu perlu dipahami mengenai
unsur sampling dan kerangka sampling. Dalam suatu populasi unsur-unsur
atau elemen yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling. Unsur sampling
diambil dengan menggunakan kerangka sampling. Kerangka Sampel (Sampling Frame) adalah refresentasi fisik dari obyek,
individu, kelompok yang sangat penting dalam penentuan sampel. Kerangka
sampling merupakan daftar semua unsur sampling dalam populasi sampling
Sebuah
kerangka sampling yang baik harus memenuhi syarat-syarat berikut.
1) Harus
meliputi seluruh unsur sampel (tidak
satu unsur pun yang tertinggal)
2) Tidak
ada unsur sampel yang dihitung dua kali
3) Harus up to
date
4) Batas-batasnya harus jelas
(siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga)
5) Harus dapat
dilacak di lapangan
6.9
Metode Pengambilan sampel/teknik sampling
Ada dua cara pengambilan sampel. Cara pertama Probability
Sampling dan kedua Non probability Sampling. Probability Sampling atau sampel
probabilitas adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kemungkinan yang
sama kepada setiap satuan dari pupolasi untuk dipilih sebagai sampel, sedangkan
Nonprobability Sampling setiap
anggota sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Pilihan terhadap teknik sampling apakah menggunakan teknil sampling
probabilitas atau non probabilitas sangat tergantung pada kelengkapan sampling frame. Apabila sampling frame telah tersedia, maka
dimungkinkan untuk melakukan pilihan teknik sampling probabilitas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment